Latest News

Showing posts with label buku sejarah. Show all posts
Showing posts with label buku sejarah. Show all posts

Friday, May 18, 2012

Sejarahnya Nederlandsch Indie.

Buku langka koleksi 'rare book,' berjudul 'Geschiedenis van Nederlandsch Indie, deel II' belum tua banget tapi sudah termasuk langka. Sebetulnya judul ini terdiri dari beberapa jilid, berisi sejarah lengkap Nederlandsch Indie (setelah merdeka menjadi Republik Indonesia), maka pantas ditampilkan disini.
Buku langka ini pernah dimiliki oleh Prof. Dr. Harsja Bachtiar, mungkin karena bukunya sudah dimakan kutu dan digigit tikus pada cover depan maka buku ini disingkirkan dari koleksi beliau.

Gambar bawah kiri adalah lukisan saat Cornelis de Houtman diterima oleh Regent Bantam (Banten) pada th. 1596.

Gambar diatas kanan adalah lukisan saat keberangkatan yang kedua, armada dibawa komando Jacob van Neck menuju Oost Indie pada th. 1598.

Gambar bawah kiri, dipelabuhan jalan masuk ke Banten, 24 buah perahu masing2 berisi 50 an orang Banten menyerang kapal dimana Cornelis de Houtman berada. Sementara kapal lainnya : Mauritius, Hollandia dan Amsterdam menembak dengan meriam kearah Banten.

Gambar atas kanan, sebuah pasar disebelah Timur luar kota Banten dikunjung bermacam-macam bangsa, diantaranya : Arab, Portugis, Irlandia, Turki, China, Burma, Melayu, Bengali, Gujarat dll. Babar dicetak th. 1646.

Gambar bawah kiri lukisan pemadangan di Ternate pada th. 1599, dilukis lengkap dengan daftar obyek yang ada (a - t), diantaranya ada gedung Belanda 'Gamlamo', Portugis, penguasa setempat (Ternate), masjid, gereja dll

Gambar atas kanan, dilukiskan saat utusan Raja bernama Jacob van Neck diterima Raja Ternate pada 26 Juli 1601.

Gambar bawah kiri lukisan sebuah rumah di Banda Neira pada th. 1599, pedagang dari Amboina menyambut pedagang asing yang datang.

Gambar atas kanan, lukisan 'kora kora', kapal dayung tradisi Maluku. Dilukis oleh F. Valentine antara th. 1724 - 1726.


Koleksi 'rare book' yang ditampilkan ini disusun oleh Prof. DR. C.C. Berg, C. Wessels S.J., DR. H. Terpstra, dicetak oleh N.V. Uitgeversmaatschapij -Joost Van Den Vondel, Amsterdam 1938. Hardcover tebal dilapis kain merah, 25 x 31.5 cm, 487 halaman tebal.


Friday, November 18, 2011

Salasilah Raja Kutai Kerta Negara.


Buku dengan judul 'De Kroniek Van Koetai' atau 'Hikayat Kutai' walaupun baru 3/4 abad, tapi termasuk buku
langka dan menarik. Buku ini sebetulnya adalah sebuah tesis untuk meraih gelar Doctor bidang Sastra dan Filsafat di Rijkuniversitet bagi Contantinus Alting Mees, dengan pengantar bahasa Belanda.
Menariknya, selain disertasi, dalam buku ini dituliskan juga teks lengkap 'Salasilah Raja Kutai Kerta Negara' dan 'Perjanjian Boegis dengan Raja Koetai' berbentuk cerita/hikayat, yang sudah disalin dari huruf Arab ke huruf biasa.
Juga cerita mengenai hewan bernama 'Lemboe Soeana',
dimana dia menjadi tunggangan Raja pertama, yaitu 'Adji Batara Agoeng Dewa Sakti' . Sekarang 'Lembu Suana' menjadi lambang Kabupaten Kutai Kertanegara.


Alkissah, itulah kata awal dari 'Salasilah Radja dalam negeri Kutai Karta Negara', menggunakan bahasa Melayu th. 1850 an, aslinya ditulis menggunakan huruf Arab. Sekarang, dibacanya terasa agak membingungkan.

Disini tertulis kisah kemunculannya dan keterangan bentuk 'Lemboe Soeana', kendaraan/tunggangan Raja Pertama bernama 'Adji Batara Agoeng Dewa Sakti'. Bentuk Lemboe Soeana menjadi Lambang Kabupaten Kutai Kerta Negara.

Disini alinea2 akhir dari Salasilah Raja Kutai Kerta Negara, diantaranya tertulis nama2 Soeltan Moehammad Moeslih-oed-Din, Soeltan Moehammad Salih-oed-Din ing Martapura, Adji Ratoe Agoeng Koesoema ning Rat, Adji Poeteri Koesoema nig Rat, Adji Raden Tjakra Negara, Raden Mas Tjiki, Pangeran Berdjanata, Pangeran Anoem, Soeltan Moehammad Salih-oed-Din dan lainnya.



Kalimat penutup 'Salasilah Radja Koetai Kerta Negara', selesai ditulis pada tanggal 30 Rabi'oel-awal 1265 H, hari Jum'at, tahun Waoe oleh Toean Chatib Moehammad Tahir.


Surat peringatan 'Perdjandjian Boegis dengan Raja Koetai'. Pembicaraan antara Radja Koetai dengan Anakoda Toedjing sebagai orang yang dituakan oleh semua orang Boegis waktu itu.


Buku langka ini diterbitkan pada th. 1935 oleh CA Mees sendiri di Sanpoort, N.H. berukuran 16 x 24.5 cm, 314 halaman, termasuk 'Verklaring van Enige Woorden' 5 halaman dan 'Boekbespreking' 20 halaman.
Untuk melihat lebih jelas, silahkan 'klik' pada gambar yang diinginkan dan karena ejaan dan susunan kata2 yang sudah kuno, maka mohon maaf kalau ada kekeliruan.

i.gr. 02.50*


Sunday, January 30, 2011

Onze Vestiging In Atjeh, 1879.


Judul buku langka disebelah ini adalah "De Waarheid Over Onze Vestiging In Atjeh", terjemahannya 'Kebenaran mengenai Kantor Cabang di Aceh'.
Diterbitkan oleh Joh. Noman en Zoon, th. 1878.
Penulisnya Luitnant Jenderal J. van Swieten, Ajudan Raja dan Dewan Negara dalam Layanan Luarbiasa.
Kalau melihat isinya, buku langka ini saya kira adalah sebuah laporan khusus yang dibuat oleh Ajudan Raja bidang Layanag Khusus.
Ada 9 Bab, masing berisi beberapa hal menyangkut laporan kegiatan di Aceh dan Peta Aceh Besar dan Peta Kraton.



Bab I, diantaranya mengenai 'Sikap Rakyat Aceh' .





Bab II, diantarannya mengenai blokade.

Bab III, diantaranya mengenai pendudukan di kamp Penajoeng.
Dan selanjutnya sampai Bab IX, diantaranya mengenai survei.

















Walupun isinya masih komplit, 493 halaman + peta, ukuran 16 x 24 cm, sayangnya sewaktu saya dapatkan buku langka ini covernya rusak, diganti denga cover lain.

Madoera en zijn Vorstenhuis, 1936.



"Madoera en zijn Vorstenhuis" terbitan th. 1936, umurnya baru 75 tahun, namun bisa dikategorikan buku langka.
Isinya mengenai Dinasti/Raja2 di Madura, mulai dari :
Penembahan Lemahdoewoer (1531 - 1592),
Pangeran Tengah, Pangeran Mas,
Pangeran Tjakraningrat I - VIII terus sampai
R.A.A. Soerjonegoro sebagai Regent ke II (s/d 1918), diteruskan oleh
R.A.A. Tjakraningrat Regent ke III.
Buku langka berukuran 20 x 28 cm 96 halaman tebal, ini diterbitkan sebagai Buku Kenangan bersamaan dengan 30 tahun Raden Adipati Arjo Tjakraningrat sebagai Regent van Bangkalan, dicetak dan diterbitkan oleh : Boekhandel G. kolff & Co.

Gambar kiri, Raden Adipati Arjo Tjakraningrat Regent van Bangkalan, kanan adalah Kolonel Pangeran Soerjoadiningrat.













Sebelah kiri, Pangeran Adipati Pakoeningrat. Kanan, Majoor Pangeran Prawironegoro.













Kiri, Pangeran Tjakraadiningrat, Regent I Bangkalan. Kanan, Raden Adipati Arjo Soerjonegoro, Regent II Bangkalan.













Kiri, Raden Adipati Arjo Satjaadiningrat, Regent Sampang dengan anaknya. Kanan, Silsilah dimulai dari Praboe Brawidjojo V.









Disamping adalah gambar Bataljon Barisan Bangkalan pada th. 1931.










i.gr. 10.00
*

Thursday, January 27, 2011

Hindia Belanda dalam Cerita dan Gambar, 1924.


Kali ini 'bahaulabook' menampilkan sebuah buku langka, walaupun umurnya 86 tahun tapi bukunya relatif masih mulus, belum pernah ada perbaikan atau tempelan lainnya.
Buku berjudul "Indie In Woord En Beeld" berukuran 27.5 x 37.5 cm, 176 halaman ini termasuk buku langka, diterbitkan oleh L.F. van Gent, W.A. Penard dan Dr. D. Rinkes dalam dua bahasa, Belanda dan Inggris.
Seratusan gambar ukuran besar keadaan Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1920 an, memberikan gambaran keadaan Indonesia pada saat itu, termasuk lingkungan dan masyarakatnya, baik lingkungan Istana maupun masyarakat biasa.

Sengaja ditampilkan gambar2 yang tidak biasa dimuat dibuku lain, misalnya pabrik Pengolahan Opium (Candu), ternyata dari jaman dulu sudah ada Weltevreden (Jakarta), apakah ada hubungannya pabrik shabu jaman sekarang?
Ada juga gambar Pompa Bensin jaman dulu, yang 'seru' adalah bentuk Mobil Tangki untuk pengiriman bahan bakar.

Berikut gambar lukisan keadaan pelabuhan Ternate dan pelabuhan Banten sekitar tahun 1600 an.






Berikutnya gedung 'St. Vincentius' di Kramat, sekarang menjadi sekolah Katolik St. Vincentius. Sedang disebelahnya murid sekolah Muhammadiyah di Jogjakarta, pada tgl. 9 Feb 1922.

Gambar dibawah in adalah situasi pompa bahan bakar tempo dulu, perhatikan bentuk mobil tangkinya. Disebelah kanan adalah pabrik Opium (candu) di Weltevreden.







Berikutnya gambar Stasiun Tawang di Semarang, sekarang masih dipergunakan namun setiap hari kebanjiran. Sedang gambar disebelahnya, dulunya tempat tinggal 'Gouverneur-Generaal van der Parra, pernah digunakan sebagai Rumahsakit militer, tapi sekarang sudah tidak ada, letaknya kira2 diseberang gang Kenanga.





















Diatas adalah gambar gedung the Department of Goverment Enteprise, termasuk membawahi Post, Telegrap dan Telepone, sekarang terkenal dengan sebutan Gedung Sate, Bandung.

Dibawahnya gambar keluarga Minang dengan Rumah Gadang nya.
Sedang disamping adalah gambar cover belakang buku langka 'Indie in Woord en Beeld'.

i.gr. 04.00*

Friday, November 5, 2010

Gempa dan Tsunami th 1674 di Amboina.


Sehubungan dengan keadaan Indonesia yang sedang mengalami musibah gempa, tsunami dan gunung Merapi meletus, maka 'rare books' menampilkan judul diatas.
"Saya akan menceritakan secara umum bahwa angkara Bumi di pulau Honimoa (Pulau Saparua).
Pada tgl. 13, 14, 15, 16 dan 17 Oktober 1671, Gubernur Corp berada dilaut dengan Armada Kora-Kora melakukan ekspedisi Hongi. Armada terdiri dari 56 kora-kora dengan 2 kapal dan sekoci.
Sore hari kami berada didesa Rharhakit di pantai Seram, tiba2 terperangkap badai ganas dengan petir yg. menakutkan.
Sore hari, bumi mulai berguncang di Honimoa, meruntuhkan benteng Velsen, memecahkan gunung2 dan menelan batu2 karang. Banyak orang, ternak dan pohon hilang, diperkirakan 200 orang hilang.
Pada awal 1674, kemurkaan Tuhan mulai di Ternate dengan getaran2 dan gempa serta pengangkatan tanah, sedang gunung Gamgonora (dipilau Halmahera) yang besar meletus, segala sesuatu disekitarnya, manusia dan segalanya ambruk dan hilang.
Sejumlah besar ikan dari kedalaman tak terduga dihempaskan jauh kehutan-hutan.
Pemandangan mengenaskan ini menghantam Ambon pada tgl. 17 Februari 1674, Sabtu sore, ketika diadakan kebaktian do'a. Cuaca cerah dan terang bulan, Cina sedang bersenang merayakan Tahun Baru.
Tiba2 bumi naik turun dengan keras, membunuh dan menguburkan orang2 yg. sedang pesta dibawah puing-puing rumah batu yg. tiba2 ambruk.
Di Hitu bahkan lebih menakutkan lagi. Kelihatan air terkumpul di tempat tanah yang ambruk, seperti menara di atas bukit, menantang gunung2 sekalipun. Kemudian air itu menyapu bersih segalanya, menengelamkan 2000 orang dan menghisap pohon dan segala sesuatu ke perut bumi.
Daerah2 berbukit di Lebalehu dan Semalu yang terletak lebih tinggi, musnah dalam waktu kurang dari 15 menit, meninggalkan lubang tanpa dasar . Diperkirakan 2465 orang mati.
Demikianlah saya lolos hanya dengan dengkul kanan yang cedera. Demam melanda seluruh Ambon termasuk saya. Demam menyerang tiba-tiba suatu Minggu pagi.
Akan tetapi Tuhan Yang Maha Kuasa melepaskan saya dari segala sesuatu dan pada 17 Oktober saya tiba disini di Batavia".


Cuplikan kisah diatas adalah sebuah penutup (epilog) yang saya kutip dari buku yang berjudul "Waerachtigh Verhaeel van de Schricklijke Aardbevinge, Nu onlanghs eenigen tyd herwerts, ende voor naemntlijck op den 17, February des Jaers 1674. voorgevallen, In/en ontrent de Eylanden van Amboina." Buku ini diterbitkan berdasarkan laporan G.E. Rhumpius (laporan selesai ditulis pada th. 1675) pada th. 1998, selain teks aslinya juga ditulis ulang dan diterjemahkan dalam 3 bahasa : Belanda, Inggris dan Indonesia (kerena terjadi di Indonesia).
Gambar2 yang rare books tampilkan adalah gambar buku langka yang disebutkan diatas.




Sebetulnya gempa dimulai pada bulan Oktober 1671, benteng Hollandia di Sirri-sori hancur, gunung2 runtuh, tanah retak2 sedalam pohon kelapa. Bumi tidak pernah benar2 berhenti.
12 Juli 1673 bumi bergetar keras, suara gemuruh aaneh menakutkan disertai ledakan petir tajam mendesis menghantam pohon dan kastil. Angin berubah-ubah arah sehingga kapal layar sulit dikendalikan.
Namun sehebat-hebatnya dan menakutkan gempa yang sudah terjadi, belum seberapa dibandingkan dengan kejadian 17 Februari 1674, Sabtu sore sekitar pk. 19.30. di Leytimor, Hitu, Nusatelo, Seram, Buro, Manipa, Amblau, Kelang, Bonoa, Honimoa, Nusa Laut dan sekitarnya diguncang gempa dahsyat, orang sedang merayakan Hari Raya bejatuhan tumpang tindih karena tanah naik turun seperti gelombang laut. Bangunan tinggi ambruk tinggal puing2 saja, menewaskan 79 orang termasuk Istri dan Anak Perempuan G.E. Rumphius si Pembuat Laporan ini.

Gempa yang sama juga dialami pulau lain disekitarnya (misalnya di Thiel, Seram Kecil atau Hoamohel, Oma Honimoha, Nusa Laut dan Paso Baguala).
Gelombang pertama datang dengan tenang, gelombang kedua menghancurkan segala sesuatu termasuk kapal, perahu dan lainnya. Gelombang ketiga menghanyutkan/membersihkan puing2 sehingga tidak ada bekasnya seperti selaseai disapu.



Buku langka tersebut berukuran 14.5 x 21.5 cm, 79 halaman, diterbitkan kembali oleh W. Buijze, diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Theresia Slamet dengan judul "Kisah Nyata tentang Gempa Bumi Yang Dahsyat, yang terjadi beberapa waktu yang lalu dan sebelum itu, tetapi yang terutama pada tanggal 17 Februari tahun 1674 di pulau-pulau Amboina dan sekitarnya".

i.gr. 02.00