Latest News

Thursday, November 1, 2012

Centhini, tulis tangan, 1822/1893.

Setelah rare book menampilkan buku langka, beraksara Jawa ditulis tangan dengan indah dan rapi, maka kali ini rare book menampilkan buku langka, aksara jawa, tulis tangan tapi tulisannya seperti cacing, 'rare book' kesulitan untuk membaca buku langka ini.
Buku langka ini berjudul "Serat Centhini 3" dalam bentuk tembang macapat (jenis lagu Jawa).
Bukunya berukuran 18 x 21 cm, 449 halaman, ditulis bolak balik, tintanya kadang tebal kadang tipis. Cover tebal sayangnya bagian depan bawah grepes digigit tikus (lihat gambar).

Disamping ini gambar halaman depan, terdapat judul keterangan mengenai isi buku langka ini : "Serat Centhini 3. Wiwit Seh Amongraga mulang Dewi Tambangraras, wonten ing Wanamarta hayasa griya inggal sapiturutipun, lajeng lelana tirakat, sawarnining redi redi utawi sawarnining guwa guwa, ngantos dumugi ing Kanigara ngadegaken paguron, anggelaraken ing ngelmu Karang".
Terlihat tulisannya dipertebal, mungkin oleh pemilik yang berikutnya, karena bagian bawah ada tulisan yang menerangkan bahwa buku ini dibeli oleh RM Panji Bratatanaya pada bulan Siyam 1847, :"Sampun kapundhut tumbas dening Raden Mas Panji Bratatanaya, kala Jumuwah, tanggal kaping :2 : Siyam : Dal :1847".

Disebelah adalah gambar halaman buku langka ini, terlihat tulisannya sulit untuk dibaca (kaya cacing), untuk lebih jelasnya, silahkan klik gambarnya.
Gambar berikutnya adalah gambar halaman akhir. 
Pada bagian bawah halaman akhir ini ada keterangan mengenai tahun selesainya buku ini ditulis, yaitu  bulan Besar tahun1822 atau Juni 1893, terbaca sbb. : "Rampunging panurun, nyarengi pamungkasipun Ingkang Sinuhun anggenipun sembahyang dateng masjid ageng, Jumuwah wage, tanggal kaping 8 wulan Besar tahun Je, mansa Karo, wuku Landep, angka 1822, utawi tanggal kaping 23 Juni 1893". Ada tanda tangan pemilik pertamanya tanpa ada namanya.
Walaupun tulisannya tidak jelas tapi setiap selesai satu tembang diberi hiasan ornamen cukup menarik, lihat gambar berikut.

Jadi pada jaman dulu, akhir abad XIX, belum ada mesin ketik apalagi mesin fotocopy, bila ada orang yang ingin memiliki buku tapi tidak ada yang jual maka dia harus menurun atau menulis ulang buku tersebut.
Karena Centini merupakan buku berjilid banyak, jadi orang kadang hanya menurun bagian2 yang diperlukan, seperti pada buku ini, isinya mengenai pelajaran Seh Amongraga pada istrinya dan pelajaran Ilmu Karang.

Sunday, October 28, 2012

Kisah Panji Asmarabangun, dalam 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan'. Lanjutan.

Masih melanjutkan posting buku langka 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan' yang didapat di Solo (lihat gambar), 'rare book' menampilkan salah satu dari dua kisah yang ada dalam buku tersebut, yaitu "Kisah Panji Asmarabangun". 
Sebetulnya banyak sastrawan Indonesia maupun asing meneliti/menulis perihal kisah2 Panji Asmarabangun, misalnya R.Ng. Ranggawarsita, RM. Poerbatjaraka, A. Teeuw, J.J. Ras, Lidya Kieven dll. Banyak sastrawan yang menulis novel dengan latar belakang kisah ini dan kisah ini juga banyak dipentaskan pada wayang beber maupun pada sandiwara2 tradisional.

Gambar disebelah adalah tulisan yang menunjukan awal kisah 'Panji Asmarabangun', 'rare book' menambahkan dengan transliterasi huruf berwarna putih, silahkan klik untuk lebih jelasnya, bahasa Indonesia nya : "Panji Asmarabangun putra Kuda Jayengsari menghilang bersama permaisurinya, Dewi Sekartaji, Putri Ayu Condrakirana, nggak ada seorangpun yang tahu"

Dalam buku langka ini, kisah Panji ditulis dalam bentuk tembang (lagu) Jawa, tulisannya rapi, aksara yang menerangkan jenis tembangnya diberi variasi tertentu. Gambar diatas ini contoh betapa rapinya tulisannya dan variasi tulisan jenis tembangnya, yaitu tembang 'Dhandanggula'.
Sedang gambar dibawah ini contoh untuk jenis tembang 'Megatruh'.

Kalau gambar disamping ini adalah contoh bila buku langka tersebut kita buka, halaman 58 - 59, walaupun terlihat warna halamannya tidak rata karena usia dan cara penyimpanan yang kurang baik, tapi masih kelihatan tulisannya yang rapi, sudut kemiringannya dan ukuran hurufnya rata. Dan kerapian itu terlihat sampai halaman terakhir.

Friday, October 19, 2012

Wejangan Nabi Khaidir dan Sunan Bonang pada Sunan Kalijaga. Lanjutan 'Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan'.

Melanjutkan posting sebelumnya mengenai buku langka yang didapatkan di Solo, tulis tangan, dalam bentuk tembang Jawa, macapat, aksara Jawa (lihat gambar dibawah).

Dalam kesempatan ini 'rare book' menampilkan bagian buku yang mengisahkan 'Sunan Kalijaga', dan 'rare book' hanya menampilkan cuplikan2 yang sudah ditrasliterasi kan dengan huruf berwarna putih.
Dalam buku ini kisahnya dimulai dari Sunan Kalijaga masih muda, seorang brandal anak Adipati Tuban, yang  bernama Lokajaya , diberi nama menjadi Syeh Malaya oleh Sunan Bonang, sampai beliau mengangkat Kiageng Pandanaran menjadi Sunan Bayat.

Gambar samping adalah cuplikan kisah Lokajaya, diusir oleh orangtuanya, bupati Tuban : "anak mring sibagigal, matinya sun tan wruh, luhung nuli pinu lungaha, . .  Wus misuwur dhugale kapati, raden Lokajaya nagri Tuban, kang putra sang dipatine, ... dst."

Disamping adalah cuplikan saat Syeh Malaya diangkat jadi Wali oleh Sunan Bonang : "Apan wus jangkep sawarsi, ... dst.  jeng sinuhun angandika, luwara tapanira, jenenga Wali sireku, panutup panata gama."

Disebelah adalah cuplikan wejangan Sunan Bonang kepada Syeh Malaya : "Sunan Benang ngandika ris, Seh Malaya bener sira, nanging sapemanggih ingong, ingkang ngaran panarima, elinga marang kang murba ... dst."

Gambar samping adalah cuplikan kisah saat Syeh Malaya ketemu Nabi Kilir (nabi Khaidir) : " ya ta wau jeng sinuhun Kalijaga, pan aneng ing jaladri, sampun pinanggihan kadya tiyang leledhang, paparab sang nabi Kilir, ...dst."

Disebelah adalah cuplikan wejangan Nabi Kilir (Khaidir) kepada Sunan Kalijaga : "Sajatine ya Muhkamad, kalawan Allah sejati, .... dst. dene tegese uga ginenten ananing Widi, apan niku jumenengira sunatullah."

Disamping adalah cuplikan saat Kiageng Pandanaran diangkat sebagai Sunan Bayat : "Jeng sinuwun Kali ingkang prapti, ......dst.  ngandika jeng Sinuwun, ... jumenenga Sunan Bayat, sidakna gonira akarya masjid, ngimani gama Islam."

Seluruhnya ada 20 lembar ukuran folio, ditulis bolak balik menggunakan aksara Jawa dan berbentuk lagu Jawa (tembang), jadi kata2 dan susunan kalimatnya menjadi tidak lazim agar sesuai dengan lagunya.
Kertasnya sudah digigiti tikus dibagian pinggirnya dan ada bekas cairan, mungkin air kencing tikus, silahkan lihat dan klik gambar kertasnya dibawah ini.

Thursday, October 18, 2012

Tembang Aksara Jawa Tulis Tangan Tanpa Judul.

Di Solo, Jawa Tengah,  'rare book' berkunjung ke penjual buku bekas, ditawari buku aksara Jawa, ditulis tangan, ukuran folio. Walaupun saya belum tahu apa isinya, bahkan terlihat kumuh, tanpa judul, nomer halaman tidak jelas, jilidan sudah lepas2, namun buku tersebut tetap diambil untuk dikoleksi, karena bagaimanapun juga, buku tersebut adalah sebuah hasil karya mewakili jamannya. Buku langka ini bisa dijadikan tantangan untuk mengetahui isi, asal, usia dan lainnya.

Setelah dilihat lihat, halamannya banyak bercak2, penulisnya minimal 2 orang, walaupun sedikit beda gayanya,  masing2 tulisannya sangat rapi, ukuran dan sudut kemiringan hurufnya, sama dari awal sampai akhir, sayang pemberian nomer halaman ada yang jelas, burem bahkan ada yang tidak diberi nomer, mungkin penomeran halaman dilakukan setelah selesai seluruh penulisannya, silahkan klik gambar dibawah ini agar tampak lebih jelas.

3 gambar sebelah kiri menunjukan perbedaan gaya penulisannya, sedang 3 gambar sebelah kanan menunjukan penomeran halaman yang jelas, burem dan tidak ada nomernya.

Halaman2 pada buku tersebut, karena kondisinya, terbagi menjadi 4 bagian, yaitu halaman yang utuh dan halaman yang tampak pada gambar dibawah ini, silahkan klik gambar dibawah ini agar lebih jelas. Gambar kiri halaman hanya kena noda cair, gambar tengah halaman hanya digigit tikus hingga growak dan gambar sebelah kanan adalah halaman yang kena noda cair sekaligus digigit tikus.

Ada keinginan untuk mengetahui, mengapa ada halaman yang kena noda dan ada yang tidak kena noda, halaman yang digigit tikus tapi tidak sama letaknya. Setelah dicoba untuk disusun ulang, diperkirakan saat tikus menggigit dan tersiram cairan (mungkin air kencing tikus), posisi/susunan halaman buku ini seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.

Pada hardcover (pola marble) bagian depan dalam kiri atas, terdapat tempelan kecil (2 x 3 cm) dari toko buku dan penerbit Boedie Oetomo, Solo dengan harga 1 gulden. Mungkin hardcovernya bukan aslinya.

Setelah dirapikan dan diurutkan halamannya,  dibaca perlahan-lahan, ternyata buku terdiri dari 2 (dua) kisah/babad/hikayat, dalam bentuk tembang macapat (lagu Jawa), yaitu :
1. Panji Asamarabangun dan
2. Sunan Kalijaga, termasuk wejangan Sunan Bonang kepada Syeh Malaya, wejangan Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga dan wejangan Sunan Kalijaga kepada Sunan Bayat.

Memperhatikan kertas, tinta, susunan bahasanya dll. dalam buku ini, diperkirakan buku ini ditulis sekitar tahun 1900 an (maaf kalau keliru). Insya Allah, isi buku langka ini akan diunggah pada kesempatan berikut.

Sunday, October 7, 2012

Poster GANEFO I, th. 1963

Poster Ganefo I di Jakarta th. 1963.


Posternya cukup besar, 100 cm x 70 cm, sebagai pembanding disertakan gambar kaset audio pada pojok bawah kanan. Sayang agak sedikit kotor pada pinggirnya.  
Seperti yang telah disampaikan pada posting sebelumnya, Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia, memprakarsai pembentukan Ganefo singkatan dari 'Games of The New Emerging Forces', Pesta Olahraga Negera2 Berkembang, dengan tujuan untuk menandingi Olimpiade (IOC).
Selain Ganefo, Bung Karno juga akan menyenggarakan Conefo, singkatan 'Conference of The New Emerging Forces', Konperensi Negara2 Berkembang. Bahkan gedung yang direncanakan untuk Konferensi sudah selesai dibangun (sekarang digunakan untuk DPR/MPR) namun Konfernsi batal dilaksanakan.

Ganefo I diselenggarakan di Jakarta pada 10 - 22 November 1963.
Ganefo II, diselenggarakan di Pnom Penh, Kamboja, pada tgl. 25 November - 6 Desember 1966, dihadiri hanya oleh negara di Asia sehingga disebut
 Ganefo Asia I.
Ganefo III atau Ganefo Asia II, awalnya akan diselenggarakan di Beijing, namun Beijing membatalkan niatnya dan diserahkan ke Pyongyang Korea Utara. Akhirnya tidak pernah dilaksanakan dan Ganefo bubar.  

Booklet Ganefo I, th 1963.


Booklet Ganefo I, th 1963. Mungkin bisa dibilang buku langka, karena kalau sengaja nyari belum tentu bisa ketemu.

'rare book' menampilkan buku resmi yang dikeluarkan oleh komite nasional Ganefo I, tampilannya menarik.
Ganefo adalah singkatan dari Games of the New Emerging Forces yaitu Pesta Olah Raga Negera2 Berkembang, diprakarsai oleh Bung Karno sebagai Presiden Indonesia I, diselenggarakan pada 10 - 22 November 1963, bertujuan untuk menandingi Olympiade (IOC).

Batik yang terlihat sebetulnya sebuah dompet setinggi ballpoint, sehingga mudah dimasukan dalam kantong, berisi berbagai informasi yang diperlukan oleh para partisipan, termasuk peta Gelora Senayan, Stadion Utama, Jakarta. Ada juga lembaran Janji Atlit, Pancasila, halaman kolom untuk mencatat hasil pertandingan dan lain2 .  









Mau tahu Rumusan Pancasila pada th 1963?
Aneh rasanya membaca Pancasila seperti yang terdapat dalam buku ini (lihat gambar dibawah ini).
Pantjasila, The Five Principles of State of the Republic of Indonesia.
1. Belief in God
2. Nationalism
3. Internationalism
4. Democracy
5. Social Justice 

Thursday, September 13, 2012

Selingan. Tombak dan Kudi jaman dahulu kala.


Sebagai selingan rare book tidak menampilkan buku langka, tapi menampilkan senjata2 jaman kuno. Berbeda dengan senjata yang dibuat pada jaman kerajaan Majapahit atau kerajaan2 sesudahnya, selain fungsinya, bentuknya juga indah, diberi hiasan ornamen flora atau fauna, bahkan dilapis emas (kinatah).
Senjata yang ditampilkan dibawah ini berbentuk tombak dan kudi, ditemukan disatu tempat saat ada penggalian di gunung Lawu, bentuk maupun buatannya masih sangat sederhana, mungkin karena pengaruh tekanan dan panas dalam waktu yang lama, maka selain karatan juga terjadi perubahan bentuk, bahkan ada benda2 lain yang menempel menjadi satu dengan senjata tersebut.




Gambar diatas adalah senjata tombak, bentuknya sederhana, panjang 35,5 cm, sudah tidak utuh lagi, mungkin karena karat, masih terlihat sisa permukaan kayu mengeras, diduga sisa sarung penutup tombak, terbuat dari kayu. Ada bagian dari tombak, biasanya disebut 'methuk', tertutup oleh semacam pasir yang mengeras menyatu dengan badan tombak, terlihat pada gambar dibawah ini.
Dibagian 'pesi' (logam yang menancap pada kayu gagang tombak), tercetak bentuk permukaan gagang tombak (gambar atas kanan).

Selanjutnya gambar2 dibawah adalah gambar senjata, biasa disebut 'Kudi', bentuknya sederhana, panjang 30 cm. Beberapa ahli/penggemar pusaka menyebutkan bahwa Kudi adalah bentuk awal daripada Kujang.Dalam gambar tampak selain karat, ada juga batu2 kecil yang menempel dengan kuat didekat gagang Kudi.





Dalam cerita pewayang, Kudi menjadi senjata andalan tokoh Bagong/Bawor.
Mohon maaf bila terjadi kekeliruan, karena 'rare book' bukan kurator benda purbakala atau ahli bidang senjata pusaka.

Wednesday, August 29, 2012

Babad Tanah Jawi, tulis tangan, th.1866.

Masih mengunggah 'Babad Tanah Jawi', kali ini 'rare book' menampilkan buku langka, buku antik dan tua, nyaris satu setengah abad umurnya. Sebagian kertasnya yang didepan dan dibelakang sudah rapuh dan lepas jilidannya. Begitu juga covernya yang terbuat dari kulit di 'embos' ornamen khas Jawa.

Pada lembar awal, nyambung ke lembar 2, tertera tahun awal penulisannya dalam bentuk candrasengkala : "Panca Trus Pandhita Ratu" maksudnya menyebutkan tahun Jawa yaitu th. 1795 atau tahun 1866 Masehi.
Cerita berawal ketika Jaka Suruh naik tahta di Majapahit, sampai Pangeran Subaya 'pepe', menyerahkan hidup dan matinya dihadapan raja Mataram.


Buku antik ini berkuran folio, kertas concordia 285 lembar ditulis bolak balik, tidak ada nomer halaman, yang ada nomer lembaran, menggunakan aksara Jawa, Babad Tanah Jawi ini berbentuk tembang Jawa (macapat), pada pergantian jenis tembangnya diberi sisipan ornamen menarik (lihat gambar2 dibawah, klik gambarnya agar lebih jelas).

Pada gambar bawah kiri adalah gambar lembar awal dan gambar tengah adalah lembar ke 2, gambar kanan adalah sebaliknya lembar ke 200.






3 gambar disamping dan diatas ini meperlihatkan contoh ornamen yang ada.




Disamping ini gambar halaman yang ditaruh paling depan, mungkin maksudnya judul buku ini, menerangkan bahwa yang punya buku ini keluarga besar Trunajayan. Yang menulis Mas Sasra Pinarka. Tapi gaya tulisan maupun tinta yang dipakai berbeda dengan yang digunakan pada isi buku ini, jadi mungkin lembaran ini adalah lembaran tambahan atau lembaran pengganti judul buku yang hilang, dibuat oleh pemilik buku sebelum dikoleksi oleh 'rare book'.


Kalau gambar yang disebelah ini gambar terawangan kertas yang digunakan untuk menulis buku ini, terlihat gambar mahkota dan tulisan pada watermark kertas tersebut.

Sunday, August 26, 2012

Sejarah Tanah Jawa (Cuplikan) oleh W. Fruin Mees.

"Geschiedenis van Java", judul buku langka koleksi 'rare book' ini populer di kalangan ahli sejarah maupun di kalangan penggemar buku langka. Biasa disebut Babad Tanah Jawi juga, walupun sebenarnya judul tersebut dikoreksi oleh penulisnya sendiri karena ada kesalahan saat dicetak (baca kata pengantar di jilid II), harusnya judulnya menjadi "Schets van Java's Geschiedenis" artinya "Sketsa/Ikhtisar Sejarah Tanah Jawa" (maaf kalau keliru), karena isinya adalah cuplikan dari tulisan yang sudah ada mengenai Sejarah/Babad/Hikayat tanah Jawa.
Koleksi 'rare book' ada 2 edisi, yaitu bahasa Belanda terbitan th. 1920 dan bahasa Jawa menggunakan huruf Jawa, jilid I terbitan th. 1921 sedang jilid II terbitan th. 1923.

Dalam edisi bahasa dan huruf Jawa, tertulis judulnya 'Babad Tanah Jawi, kaimpun dening W. Fruin Mees'.









Berikut adalah gambar2 yang ada didalam buku2 tersebut.








Diatas adalah gambar Pasar Besar di Bantam (Banten). Sedang gambar dibawah adalah gambar situasi saat Raja Tuban menerima Belanda th. 1599.





Gambar dibawah ini adalah peta situasi Keraton Pakuan Pejajaran dan peta wilayah Kediri dan Daha.